Minggu, 17 April 2011

SOSIOLOGI PEDESAAN



I.PENDAHULUAN

Dewasa ini pembangunan daerah-darah pedesaan sangatlah gencar dilakukan oleh pihak pemerintah maupun pihak-pihak swasta.pembangunan ini tidah hanya berfokus pada pembangunan infrastruktur saja,namun pembangunan yang dimaksud dalam hal ini adalah pembangunan yang menyangkut semua aspek kehidupan masyarakat.baik pembangunan dalam segi ekonomi,kesehatan,pendidikan dan lain sebagainya.
Berbagai cara dilakukan pemerintah,agar masyarakat desa dapat dirangsang untuk mengenal apa yang kurang dari dirinya sendiri,dan akhirnya berkembang lebih baik dalam memperbaiki kehidupan mereka.ini semata-mata untuk menciptakan pemerataan pembangunan,sebagai mana yang termaktub dalam dalam sila ke lima pancasila.
Dengan adanya materi perkuliahan sosiologi pedesaan,diharapkan diharapkan agar mahaasiswa memahami tentang bagaimana system-sistem dalam upaya untuk memngembangkan masyarakat desa,sehingga nantinya setelah mereka lulus dapat mengaplikasikannya ke masyarakat.sehingga bias tercipta pemerataan pembangunan yang selama ini belum bisa dicapai pemerintah.









II.SOSIOLOGI DAN PEDESAAN
A. Konsep sosiologi
Konsep atau definisi sosiologi sangatlah beraneka ragam,namun ada beberapa hal atau bagian yang dapat diterima tanpa berselisih pendapat bahwa sosiologi merupakan suatu ilmu yang mengamati,mempelajari dan menjelaskan perilaku manusia didalam kelompoknya dan hubunganya dengan kelompok-kelompok lain .
Berikut beberapa definisi tentang sosilogi menurut beberapa ahli ssosiologi:
1. Emile Durkheim
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.
2. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi
Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.
3. Soejono Sukamto
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
4. William Kornblum
Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.
5. Allan Jhonson
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut.
6. Menurut Roucek & Waren, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan kelompok sosial.
7. Menurut Soerjono Soekanto, sosiologi adalah ilmu yang kategoris, murni, abstrak, berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris, serta bersifat umum.
8. Pitirim Sorokin
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.
9. Roucek dan Warren
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
10. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf
Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.
12. Max Weber
Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.
13. Paul B. Horton
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.
Dari berbagai definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
Kesimpulannya sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara individu dengan individu, individu dengan masyarakat, dan masyarakat dengan masyarakat.
Selain itu, Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris serta bersifat umum.

B. Konsep pedesaan
Terdapat dua pandangan tentang versi sosioogi pedesaan yaitu:
a. Pandangan yang lama/klasik ( primitive,trdisional,dan maju),dan
b. Pandangan yang baru( modern)
Pandangan klasik mulai dari historis dari pertanian,yaitu pertanian terjadi ketika manusia mulai mengambil peran dalam pertumbuhan tanaman , hewan dan mengaturnya untuk pemenuhan kebutuhannya.pada masa ini perubaha yang terjadi pada masyarakat masih sangatlah lamban.awal dari proses ini trbagi dalam beberapa fase,diantaranya diawali dari foof gathering atau yang sering kita sebut dengan berburu dan meramu,dan food producing yaitu berburu dan mengumpulakan makanan,dan bertani..food gathering berakhir karena semakin punahya hewan buruan pada saat itu sehingga munculan ide manusia untuk memenuhi kebutuhannya yaitu dengan melakukan system pertanian.ssistem pertanian dimulai dari system yang momaden kemudian ke system yang menetap.

Pandangan modern,adalah merupakan perkembangan sosiologi pedesaan di Negara-negara kapitalis –industri modern.berawal dari pertanian modern bahwa manusia mengunakan pemikiranya untuk meningkatkan penguasaannya terhadap semua factor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hewan.usaha pertanian yang dilakukan sudah mengunakan metode-metode ilmiah,yakni dengan pengunaan teknologi pertanian berupa irigasi yang baik,pengunaan bibit unggul,pupuk-pupuk,dll

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih engkap mengenai pengertian defonitif pedesaan,berikut penjabaran dari beberapa ahli mengenai definisi sosioogi pedesaan:
a. Jhon.M.Gillette(1922) , sosiologi pedesaan adalah cabang sosiologi yang secara sistematik mempelajari komunitas-komunitas pedesaan untuk mengungkapkan kondisi-kondisi serta kecenderungan-kecenderungan ,dan merumuskan prinsip-prinsip kemajuan.
b. Dwight sanderson (1942) Sosiologi pedesaan adalah sosiologi tentang kehidupan dalam lingkungan pedesaan.
c. N.L.sims (1942) Sosiologi pedesaan adalah study tentang asosiasi antar aorang-orang yang hidupnya banyak tergantung pada pertanian.




III.KARAKTERISTIK MASYARAKAT PEDESAAN

A. Ciri-ciri masyarakat pedesaan
Seperti yang di uraikan di atas,bahwa apabila suatu desa belum dipengaruhi oleh kemajuan Tehnologi dan informasi,maka masyarakat tersebut masih dalam kehidupan yang tradisional.dalam kehidupan massyarakat yang massih tradisional masih memiliki karakteristik yang secara umum menurut Raucek dan Waren di pahami sebagai berikut:
a. Bersifat homogeny dalam hal mata pencaharian,nilai-nilai dalam kebudayaan ,serta dalam bersikap dan bertingkah laku.
b. Kehidupan di lingkungan anggota keluarga sebagai satu kesatuan unit usaha.
c. Masih digunakanya system musyawarah dalam mengambil keputusan
d. Hubunagan sesame anggota masyarakat lebih intim dan langeng.
e. Mobilitas sosialnya rendah
f. Populasi anak dalam proporsi yang lebih besar
B. Pola pemukiman masyarakat desa
Pola pemukiman masyarakat desa pada dasarnya sangat mudah untuk diketahui,jika ditinjau dari sudut pandang mata pencaharianya sebagai lat pemenuhan dasarnya sehari-hari.berdasarkan hal tersebut ada beberapa bentuk desa pada umumnya,yaitu: desa pertanian,desa industry,dan desa nelayan.
a. Tipe pola pemukiman masyarakat berladang
Ada empat tipe desa dari pola pemukimannya:
1. Tipe desa lading,yakni suatu desa dimana orang berdiam bersama dalam suatu tempat dengan sawah lading berada di sekitar tempat itu.
2. Tipe penyebaran desa lading,yakni suatu pemukiman masyarakat desa dimana sejumplah besar orang berdiam bersama dalam suatu tempat ,dan sebagian lainya menyebar diluar kelompok besar tersebut bersama sawah ladangnya.
3. Tipe pemukiman dikitar jalan penghubung pusat dea,yaitu suatu desa diamana masyarakat berdiam disekitar jalan-jalan yang berhubungan dengan pusat keramaian dan selebinya adalah sawah mereka.
4. Tipe penyebaran pemukiman berladang,yakni suatu masyarakat yang berdiam tersebar dimana-mana bersama sawah lading masing-masing
b. Pola perkembangan masyarakat
1. Desa tradisional,yaitu suatu desa yang kehidupan masyarakatnya masih bergantung sepenuhnya pada lingkungan.
2. Desa swadaya,desa ini masih relative statis tradisional,artinya masyarakaat nya sangat tergantung pada keterampilan dan kemampuan sendiri.dalam masyrakaat ini norma-norma masih sangat kuat.
3. Desa swakaryakeeberadaan desa ini sudah disentuh oleh aspek kehiddupan dari luar desa,yang dianggap adanya pembaharuan yang sudah mulai dirasakan oleh masyarakat.
4. Desa swasembada,keadaan desa pada pola ini sudah terlihat maju,mereka sudah mengenal mekanisme pertanian dan tekhnologi ilmiah telah mulai digunakan.
5. Desa pancasila,lahirnya desa pancasila ini pada masa orde baru ,dimana yang dikehendaki yaitu secara ideal yang dicita-citakan seluruh anggota masyarakat kepada pemimpin bangsa yaitu dengan terciptanya masyarakat yang adil dan makmur









































IV.STRUKTUR SOSIAL
A. Corak sistem pertanian
System pertanian perladangan umunya mengunakan hutan sebangai media utama untuk pertanian,yakni dengan membabat hutan,terus dibakar dan ditanamai dengan tanaman.tetapi lama kelamaan system ini di anggap tidak baik antara lain karena:
a. Teknik tersebut dipakai didaerah tropis yang tidak subur
b. Peralatan yang digunakan masih sangatlah sederhana
c. Corak ini erat kaitanya dengan rendahnya kepadataan penduduk
d. Tingkat konsumsi yang dicapai juga rendah
Geertz C.and Conklin H.C (1962) dalam bukunya the study of shifting cultivation berpendapat bahwa cirri-ciri positif terhadap system berladang semacam itu:
a. Kalau disbanding dengan system irigasi ,system perladangan mencoba sebanyak-banyaknya manfaat lingkungan alam
b. System perladangan bercirikan sedikit spelialisasi dengan ragam hasil bumi yang dihasilkan serentak.
c. Karena tanah kurang subur perladangan peerlu zat hara yang dihasilkan oleh tanaaman dan vegetasi pohon.
B. Corak system persawahan
System irigasi pada pertanian sawah mengambil peran yang sangat penting dalam pencapaian usaha pertanian.ciri terpenting corak pertanian ini dalah kemampuan secara menetap mengusahakan ekosistem pertanian tanpa menurunkan kesuburan tanah .kemantaan kesuburan ini tetap terjaga karena peranan air pembawa unsure-unsur hara.daerah-daerah perladangan memang menujukan peluang untuk membangun pertanian mengingat
a. Umumnya imbangan orang terhadapp tanah masih mmenguntungkan
b. Petani bisa memproduksi bermacam-macam tanaman
c. Perladangan mampu menghasikan tanaman perdagangan
d. Struktur social di desa-desa belum menunjukan pola pemilikan tanah luas dan herarki social yang kuat


C. Hubungan social untuk produksi pertanian
Berikut ini dalah analisis struktur social berdasarkan pada suatu tipolgi beragam produksi pertanian:
a. Pertanian berasal dari system perekonomian
b. Pertanian “ ekonomi keluarga dengan pemilikan kecil” dengan sedikitnyya atau sama sekali tidak ada hubungan pemasaran
c. Pertanian” ekonomi keluarga”dengan orentasi pasar
d. Pemilikan tanah luas dengan pola produksi colonial
e. Pertanian kapitalis usaha nasional
f. Pertanian kapitalis,usaha asing
Beragam corak produksi pertanian itu dapat dibedakan ats tiga pokok cirri social ekonomi,yaitu:
1. Besarnya bagian produksi yang diasarkan uh dari struktur social dan corak pemasarranya
2. Tingkat dan corak intensifikasi dan tingkat permodalan dalam produksi
3. Corak penguasaan dan pengunaan surplus produksi

D. Hubungan struktur social masyarakat desa dengan pemerintah
1. Kelas-kelas social dalam birokrasi pemerintahan
Sejak pertengahan abad 19 struktur social masyarakat pada waktu itu dicemiankan oleh suatu pengaruh dari struktur social birokrasi pemerintah dan system social ikatan teritorial desa.dengan demikian pengelompokan kelas-kelas social dalam masyarakat dapat dibahas melalui garis-garis verrtikal dan horizontal.
Status wilayah administrative dilihat dari hubungan vertikanya dapat dibagi menjadi dua yaitu:
• Pertama : wilayah pemerintahan yang tidak langsung dipegang oleh penguasaan adat setempat,dan wilayah ini terdapat jabatan tertentu.
• Kedua: wilayah pemisahan yang langsunng dipegang oleh penguasa adat setempat.
System pemerintahan jenis kedua lebih otonom daripada jenis pertama ,sifat otonom ini mungkin karena ada unsure kekerabatan dari pihak penguasa.
2. Kelas – kelas social dalam ikatan territorial
Didalam pola konsentrik dalam disebutkan bahwasisitem kemasyarakatan merupakan kelas-kelas social yang terikat oleh ikatan keluarga dan ikatan territorial .pola sosialnya mengikuti jalur horizontal.dalam hubunganya dengan golongan petani,para ahli hokum adat pernah membagi masyarakat desa dijawa dalam tiga lapisan yaittu:
a. Petani yang tidak memiliki tanah pertanian dan tidak memiliki perkarangan untuk rumah.
b. Petani yang memiliki tanah pertanian ,tapi tidak memiliki perkarangan untuk rumah
c. Petani yang memiliki lahan pertanian dan perkarangan rumah
Para ahli lain membagi masyarakat desa di indoneesia dalam 5 katagori yaitu:
a. Buruh tani dan buruh perkebunan yang tidak mempunyai alat-alat produksi
b. Petani miskin yang tidak mempunyai alat produsi yang lengkap
c. Petani sedang( sederhana) yang mempunyai alat poduksi dan tanah sendiri.
d. Petani kaya yang mempunyai alat-alat produksi dan tanah sendiri disewakan kepada petani miskin dan yang mengeksploitasnya buruh tani.
E. Hubungan struktur social dengan lembaga desa
Dalam kenyataan memang dua gambaran ekstrim ini mungkin tidak pernah terwujud karena beberapa cirri selalu terdapat bertumpuan ke dalam bentuk yakni:




Lembaga
-orentasi pada kebutuhan
-peranan yang dimainkan
-upacara
-pengawasan social
-pengakuan karena melembaga
-terlibatnya pendukung
-tradisi turun temurun
-empire
-berpegang pada norma
-prioritas usia dan gengsi
-sifat memenuhi kebutuhan tertentuu Organisasi
-orentasi pada tujuan
-tugas yang dilaksanakan
-prosedur
-pengawasan peraturan-
-Pengakuan karena didirikan resmi
-keangotaan
-kebiasaan karena rutin
-digagas dan diwujudkan
-kesetiaan dan ikatan pada tujuan
-prioritas kemampuan dan kkemampuan
-alat mencapai tujuan tertentu

Selajutnya dikemukakan beberapa contoh lembaga yang melakukan pengendalian social
1. Lembaga keluarga
Lembaga keluarga merupakan tempat pertama untuk anak menerima pendidikan dan pembinaan. Meskipun diakui bahwa sekolah mengkhususkan diri untuk kegiatan pendidikan, namun sekolah tidak mulai dari “ruang hampa”(Hery Noer Aly, 2000). Sekolah menerima anak setelah melalui berbagai pengalaman dan sikap serta memperoleh banyak pola tingkah laku dan keterampilan yang diperolehnya dari lembaga keluarga.
Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan di segala bidang, manfaatnya semakin hari semakin dirasakan oleh semua kalangan. Revolusi informasi menyebabkan dunia terasa semakin kecil, semakin mengglobal dan sebaliknya privacy seakan tidak ada lagi. Berkat revolusi informasi itu, kini orang telah terbiasa berbicara tentang globalisasi dunia dengan modernitas sebagai ciri utamanya. Dengan teknologi informasi yang semakin canggih, hampir semua yang terjadi di pelosok dunia segera diketahui dan ketergantungan (interdependensi) antar bangsa semakin besar (Nurcholish Madjid, 2000).
Perkembangan tersebut – termasuk didalamnya perkembangan ilmu pengetahuan – di samping mendatangkan kebahagiaan, juga menimbulkan masalah etis dan kebijakan baru bagi umat manusia. Efek samping itu ternyata berdampak sosiologis, psikologis dan bahkan teologis. Lebih dari itu, perubahan yang terjadi juga mempengaruhi nilai-nilai yang selama ini dianut oleh manusia, sehingga terjadilah krisis nilai. Nilai-nilai kemasyarakatan yang selama ini dianggap dapat dijadikan sarana penentu dalam berbagai aktivitas, menjadi kehilangan fungsinya (Syahrin Harahap, 1999).
Untuk menyikapi fenomena global seperti itu, maka penanaman nilai-nilai keagamaan ke dalam jiwa anak secara dini sangat dibutuhkan. Dalam hubungan itu, keluarga pada masa pembangunan (dalam konteks keindonesiaan dikenal dengan era tinggal landas) tetap diharapkan sebagai lembaga sosial yang paling dasar untuk mewujudkan pembangunan kualitas manusia dan lembaga ketahanan untuk mewujudkan manusia-manusia yang ber-akhlakul karimah (Melli Sri Sulastri, 1993). Pranata keluarga merupakan titik awal keberangkatan sekaligus sebagai modal awal perjalanan hidup mereka (Abin Syamsuddin, 1993).
Namun fakta di lapangan menunjukan bahwa keluarga tidak lagi berfungsi sebagaimana seharusnya. Tuntutan pekerjaan ( ekonomi ) orangtua telah menghabiskan waktu interaksi dan komunikasi dengan anggota keluarga lainnya. Bagi kalangan menengah ke atas, bapak yang bekerja di kantor harus pergi lebih pagi untuk menghindari macet dan pulang sudah larut karena target pekerjaan harus dituntaskan, sedangkan ibu sebagai wanita karir memiliki kesibukan yang tak jauh beda dengan sang bapak sehingga anak dititipkan kepada pembantu di rumah atau babysitter. Jelas saja pembantu atau babysitter tidak bisa sepenuhnya menggantikan posisi dan fungsi orangtua sesungguhnya. Hal serupa dialami oleh keluarga yang memiliki latar belakang ekonomi lemah. Orangtua umumnya harus peras keringat banting tulang untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari- hari sehingga anak sering terlantar tidak terurus. Kondisi- kondisi tersebut menyebabkan tersumbatnya kominikasi, interaksi dan afeksi dalam keluarga yang kemudian mengakibatkan anak mencari tempat yang ia anggap nyaman atau dapat memenuhi tuntutan fsikologisnya.

Pada saat yang sama media informasi, dengan segala dampak buruknya terbuka lebar dan lingkungan yang permisif di depan mata dan siap untuk “dinikmati” sang anak sebagai konpensasi keringnya nilai- nilai afeksi dalam keluarga. Alhasil, terjadi individualistik dalam keluarga sebagai dampak dari disfungsi lembaga keluarga. Keadaan ini sudah barang tentu menjadi jaminan pendidikan keagamaan dalam keluarga tidak akan berjalan.
2. Lembaga perekonomian
Didalam masyarakat pedesaan,banyak sekali kita jumpai lembaga – lembaga perekonomian yang dibangun untuk mengendalikan perekonomian didesa,salah satu bentuk lembaga ekonomi yang ada di desa adalah KUD.dalam masyarakat desa yang masih amat tradisional KUD merupakan suatu lembaga perekonomian yang sangat penting dalam suatu desa.karena KUD banyak memiliki fungsi bagi masyarakat desa,misalnya KUD bias memberikan pinjaman modal usaha kepada masyarakat,dan KUD banyak menyediakan produk-produk dan alat-alat pertanian bagi masyarakat.oleh karena itu hadirnya KUD dalam masyarakat desa sangatlah mempengaruhi kemajuan ekonmomi masyarakat desa,sehingga hinga saat ini,lembaga ini masih dipertahankan oleh masyarakat.
3. Lembaga keagamaan
Agama memiliki peran penting dalam kehidupan umat manusia. Ia memberikan landasan normatif dan kerangka nilai bagi kelangsungan hidup umatnya. Ia memberikan arah dan orientasi duniawi di samping orientasi ukhrowi (eskatologis). Dalam konteks ini, secara sosiologis agama merupakan sistem makna sekaligus sistem nilai bagi pemeluknya. Tetapi di era modern ini peran agama tergeser oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Agama tidak lagi memiliki peran dominan dalam domain sosial kemasyarakatan. Justru Ia ditempatkan ke dalam wilayah privat, sementara wilayah publik diserahkan kepada manusia itu sendiri. Hal ini terja.di -menurut beberapa pengamat- karena proses sekularisasi. Di Indonesia gejala ini mulai tampak, terutama di kalangan kelas menengah. Persoalan ini secara deskriptif dikupas dalam penelitian ini.
Dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini berusaha menelusuri perubahan persepsi masyarakat muslim kelas menengah di Jakarta -akibat sekulansasi- terhadap peran agama serta faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. Kelas menengah dalam penelitian ini meliputi kalangan ilmuan (dosen/peneliti), jumalis, pengusaha, dan pakar sosial keagamaan.
Dan hasil penelitian terungkap bahwa telah terjadi perubahan persepsi masyarakat muslim kelas menengah terhadap peran agama. Mereka memandang peran agama terutama yang dimainkan tokoh agama semisal kyai dan ustadz- mengalami penurunan relatif menonjol. Hal ini terlihat dalam kemampuan mereka mempengaruhi masyarakat. Di samping itu, otoritas, penghargaan sosial, dan kredibilitas mereka juga dipertanyakan. Temuan lainnya yang menarik adalah bahwa mereka menganggap organisasi-organisasi keagamaan -baik formal maupun informal- semisal Depag, MUI, NU, dan Muhammadiyah tidak signifikan lagi karena dipandang cenderung membawa suara pemerintah. Justru sebaliknya, mereka menaruh mmat terhadap kelompok-kelompok pengajian semisal Paramadina karena memberikan ruang untuk memahami agama secara ilmiah.
Meskipun demikian, dalam praktek ekonomi penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat kelas menengah muslim belum melaksanakan norma-norma agama sepenuhnya. Karena mereka belum memahami prinsip-prinsip ekonomi Islam. Maka akibatnya masih terlihat perilaku menyimpang semisal KKN, ketidakjujuran, sikap manipulatif, dan lain-lain. Ini dipengaruhi oleh: Pertama kekurang-pahaman mereka terhadap ajaran Islam di samping faktor kepribadian yang diwarnai oleh pikiran, sikap, dan tindakan yang "westernized". Kedua, kadar pro fesionalitas tokoh agama yang relatif kurang mampu memenuhi kebutuhan keagamaan masyarakat kelas menengah.

4. Lembaga desa dalam orientasi pembangunan
Lembaga dapat diartikan sebagai bentuk suatu kerja sama dalam mencapai suatu tujuan.apabila pengertian lembaga dihubingkan dengan masalah politik,maka dapat diartikan sebagai suatu kegiatan poltik yang menghasilkan keputusan-keputusan politik.contoh dari lembaga yang termasuk dalam lembaga yang orientasinya membbangun desa diantaranya: Lembaga Musyawarah Desa,lembaga Subag,BIMAS,BUUD,BRI,organisasi tani dan lembaga Masnait di kaitetu.sedangkan pengertian melembaga menujukan bahwa suatu proses terjadinya norma-norma dan aturan yang memuat pola-pola pemikiran dan tingkah laku tersebut.
5. Tujuan dari lembaga
Suatu lembaga dibentuk dalam masyarakat pasti memeliki tujuan atau cita-cita yang ingin dicapai,berikut beberapa tujuan yang menjadi hakekat dibentuknya suatu lembaga:
• Melaksanakan pembangunan,embanguan social budaya maupun pembangunan ekonomi bagi masyarakat.
• mengorganisir masyarakat agar dapat menerima dan merencanakan ,melaksanakan dan mengelola program dari pemerintah maupun dari masyarakat desa itu sendiri ,sehingga dapat tercipta sasaranya yang disertai partisipasi masyarakat.
Lembaga dalam masyarakat umumnya dibagi menjadi dua jenis lembaga,yakni:
a. lembaga formil
• lembaga social desa
• lembaga pertahanan sipil
• lembaga pembantu penyelengaraan pendidikan
• kesejahteraan keluarga
• lembaga dana sehat
• embaga pendidikan
• lembaga ekonomi
b. lembaga informal
• lembaga keluarga
• lembaga keagamaan
• lembaga olah raga
• lembaga kesenian
• lembaga kepemudaan/karang taruna

































V.KEPEMIMPINAN DALAM MASYARAKAT DESA

A. Konsep pemimpin pedesaan
Secara umum da beberapa bentuk kepemimpinan ,yaitu : pemimpin formal,pemimpin formal tradisional,dan pemimpin informal.
• Pemimpin formal yang di maksud dari hal diatas adalah para petuga yang ditempatkan ditingat desa.
• Pemimpin formal tradisional yang dimaksudkan adalah pemimpin yang diangkat resmi untuk menjalankan tugas pemerintahan desayang didasarkan pada ikatan territorial.
• Pemimpin informal adlah seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai pengaruh kuat dan mampu mengerakkan anggota masyarakat desa.
Berdasarkan konsep kepemimpinan menurut max weber umumnya dikenal 3 konsep pokok yaitu:
• Pemimpinan charismatic
Pemimpin yang memiliki kekuatan charisma tinggi yang membuat orang kagum kepadanya.pemimpin ini diakui oleh yang dipimpinnya selama ia masih memiliki karisma.
• Pimpinan tradisional
Pemimpin yang demikian ini ,didasarkan pada pengakuan akan tradisi,yaitu yang berdasarkan pada keturunan,atau dengan system pewarisan kekuasaan.
• Pemimpinan rasionnal
Pemimpin ini didasarkan pada pendidikan formal atau dengan kata lain memiliki jenjang pendidikan formal.dimana yang dipakai sebagai ukran dalam jabatan adalah ijazah yang dimiliki.
B. Kepemimpinan desa dalam orientasi pembangunan
Program pembanguanan atas desa dimaksudkan sebagai program pembangunan pemerintah melalui saluran vertical berjenjang dalam berbagai bidang.ditingkat desa hal tersebut disalurkan melalui pemimpin formal// kepala desa yang dibantuoleh petugas pelayanan dinas vertical untuk tiap desa yang dibantu kader-kader pembangunan desa.program pembangunan desa tersebut dapat dilaksanakan secara sektoral atauapun antar sektoral berupa integrasi berbagai dinas.peran pemimpin desa yang dipisahkan dari pemipin formal dan pemimpin informal dapat dilihat dari segi:
• Pengelolaan yang meliputi fungsi perencanaan,pengorganisasian,koordinasi pelaksanaan,pembiayaan,dan pengawasan.
• Partisipasi pemimpin dalam bentuk persepsi dukungan atau bentuk motiasi terhadap program pembangunan desa.
Wujud partisipasi akan lebih sempurna apabila antara pemimpin formal dengan pemimpin informal terjadi interaksi yang baik melalui forum-forum musyawarah desa ttaupun rapat mingguan .ciri pemimpin pada umumnya adalah karena adanya suatu kekuasaan dan wewenang yang ada pada dirinya.yaitu kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan.

C. Partisipasi masyarakat
Dalam pelaksanaan pembangunan suatu daerah,pertisi masyarakat sangat lah berpengaruh dalam mencapai sasaran pembanguanan.ppertisipasi desa dalam pembanguan dapat diartikan sebagai tindakan keikut sertaan masyarakat dalm kegiatan pembanguan .dikenal ada dua tipe partisipasi masyarakat yaitu:
• Partisipasi masyarakat sebagai aktifitas bersama dalm setiap proyek khusus seperti pembanguan dibidang prasarana fisik desa.
• Partisipasi masyarakat sebagai individu diluar aktifitas bersama tersebbut seperti keluarga berncana,bimas,dsb.
Dengan demikian partisipasi masyarakat sangatlah menentukan suatu program dapat berjalan atau tidak,karena masyarakat juga mengambil peran penting dalam setiapa program yang akan dicanangkan oleh pemerintah ataupun pihak swasta.

































VI.PROSES PEMBANGUNAN MASYARAKAT PEDESAAN

Dalam usaha mencapai usaha pembangunan masyarakat ada beberapa prosesyang biasanya dilakukan ,yaitu:
• Peruasan perubahan social
Daerah pedesaan yang makin terintegrasi kedalam masyarakat yang lebih besar,dalm beberapa hal terkena pengaruuh dari : ikatan politik Negara,penyatuan dalm birokrasi pemerintahan,masuknya pasar internasional,perbaikan sarana dan prasarana komunikasi,dll
• Diferensiasi social
Banyak organisasi baru yang timbul dan melakukan fungsi organisasi lama atau fungsi-fungsiyang sama sekali baru dan berkaitan dengan msyarakat luas.organisasi dan masyarakat tradisional misalnya ikatan kekerabatan dapat kehilangan beragam fungsi-fungsi ekonomi,politik,hokum ,kebudayaan,dll fungsi itu lambat laun digantikan oleh sitem spesialisasi seperti,pasar,lembaga kredit,pusat kesehatan ,ebaga dawah,dan lembaga-lembaga besar lainya.
• Pelapisan social
Baik perluasan relasi social maupun pembentukan badan spesialisasi atau organisasi baru ,umumnya bertalian dengan pembentukan suatu pola herarki baru sebagai alat penguasaan social.pengalokasian dan koordinasi sejumplah fungsi spesialisasi yang banyak ragamnya maupun usaha memecahkan masalah dan pertikaian kebanyakan terjadi di dalam pola herarki vertical,hal ini umumnya terjadi dalam pola herarki vertical,hal ini umumnya banyak terjadi pada banyak ragam organisasi pemerintah dan swasta pada berbagai tingkatan dan dalm banyak bidang kehidupan.

A. Urbanisasi
Sebagai akibat dari Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.
Berbeda dengan perspektif ilmu kependudukan, definisi Urbanisasi berarti persentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Perpindahan manusia dari desa ke kota hanya salah satu penyebab urbanisasi. perpindahan itu sendiri dikategorikan 2 macam, yakni: Migrasi Penduduk dan Mobilitas Penduduk, Bedanya Migrasi penduduk lebih bermakna perpindahan penduduk dari desa ke kota yang bertujuan untuk tinggal menetap di kota. Sedangkan Mobilitas Penduduk berarti perpindahan penduduk yang hanya bersifat sementara atau tidak menetap.
Untuk mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa, seseorang biasanya harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi media massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya.
Pengaruh-pengaruh tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang mendorong, memaksa atau faktor pendorong seseorang untuk urbanisasi, maupun dalam bentuk yang menarik perhatian atau faktor penarik. Di bawah ini adalah beberapa atau sebagian contoh yang pada dasarnya dapat menggerakkan seseorang untuk melakukan urbanisasi perpindahan dari pedesaaan ke perkotaan.
a. Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi
1. Kehidupan kota yang lebih modern dan mewah
2. Sarana dan prasarana kota yang lebih lengkap
3. Banyak lapangan pekerjaan di kota
4. Di kota banyak perempuan cantik dan laki-laki ganteng
5. Pengaruh buruk sinetron Indonesia
6. Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi jauh lebih baik dan berkualitas
b. Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisasi
1. Lahan pertanian yang semakin sempit
2. Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
3. Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa
4. Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
5. Diusir dari desa asal
6. Memiliki impian kuat menjadi orang kaya
c. Keuntungan Urbanisasi
1. Memoderenisasikan warga desa
2. Menambah pengetahuan warga kota
3. Menjalin kerja sama yang baik antar warga suatu daerah
4. Menyeimbangkan masyarakat kota dengan masyarakat desa
B. Ruralisasi
Ruralisasi adalah kebalikan dari urbanisasi, yaitu perpindahan penduduk dari kota ke desa. Ruralisasi pada umumnya banyak dilakukan oleh mereka yang dulu pernah melakukan urbanisasi, namun banyak juga pelaku ruralisasi yang merupakan orang kota asli. Faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya ruralisasi dibedakan menjadi faktor pendorong dan faktor penarik berikut ini.
Faktor pendorong:
1) kejenuhan tinggal di kota;
2) harga lahan di kota semakin mahal sehingga tidak terjangkau;
3) keinginan untuk memajukan desa atau daerah asalnya; serta
4) merasa tidak mampu lagi mengikuti dinamika kehidupan di kota.

Faktor penarik:
1) harga lahan di pedesaan relatif masih murah;
2) pola kehidupan masyarakatnya lebih sederhana;
3) suasana lebih tenang, sehingga cocok untuk penduduk usia tua dalam menjalani masa pensiun
4) adanya perasaan keterkaitan dengan daerah asal atau kenangan masa kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar